Minggu, 22 Desember 2024

buku kurikulum merdeka

 

KURIKULUM DEEPLEARNING

 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, memberikan isyarat mengenai penggantian Kurikulum Merdeka. Kurikulum baru ini, yang dikenal sebagai Kurikulum Deeplearning, dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui pendekatan yang lebih mendalam dan fokus pada keterlibatan aktif. Dalam paparannya, Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa Kurikulum Deeplearning memiliki tiga pilar utama, yaitu Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning. Ketiga pilar ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan bagi siswa.

Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa Kurikulum Deeplearning tidak hanya sebatas penggantian nama, tetapi merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. “Pendekatannya adalah mengurangi volume materi namun dengan eksplorasi mendalam,” ujarnya dalam pidato resmi baru-baru ini.

Apa itu deep learning? Menurut Kamus Cambridge, deep learning atau pembelajaran mendalam adalah cara untuk mempelajari sesuatu sehingga sepenuhnya memahami hal itu dan tidak akan melupakan pembelajaran tersebut. Dalam segi komputasi, deep learning adalah sejenis pembeajaran mesin atau proses komputer meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas dengan menganalisis data baru yang menggunakan banyak lapisan pemrosesan data. Menurut Catherine McAuley College, deep learning membuat pelajar mampu berpikir kritis, komunikasi, serta bekerja dengan orang lain secara efektif di semua mata pelajaran. Deep learning membuat murid bisa mengarahkan ilmu dan mengambil hal yang dipelajari untuk diterapkan ke situasi lain sebagai pembelajaran seumur hidup. Pada pembelajaran mendalam, murid akan meneliti fakta dan ide baru secara kritis serta mengaitkannya ke struktur kognitif dan membuat banyak kaitan antara ide yang ada. Karekter pembelajaran ini fokus mencari konsep memecahkan masalah, aktif berinteraksi, menggabungkan berbagai modul belajar, dan menerapkan pembelajaran ke kehidupan nyata. Murid yang menerapkannya menjadi punya rasa ingin tahu dan percaya diri, terlibat secara mental, berpendidikan yang sesuai, serta fokus pada minat dan manajemen waktu baik. Guru dengan sistem deep learning akan melibatkan mrid dalam pembelajaran, mengaitkan materi ke pengetahuan murid, tidak menghukum kesalahan dan menghargai usaha murid, serta bersikap adil dalam penilaian. Contoh dari deep learning yakni murid diajak menciptakan suatu karya sambil menghitung biaya pembuatan dan bahan-bahan yang diperlukan. Karya itu kemudian diterapkan ke kehidupan sehari-hari. Baca juga: Beredar Info Kurikulum Nasional Akan Gantikan Kurikulum Merdeka mulai Maret 2024, Ini Penjelasan Kemendikbud Ristek Berbeda dari pembelajaran mendalam, kebalikan dari deep learning adalah surface learning atau pembelajaran permukaan. Surface learning hanya membuat murid menerima fakta baru tanpa berpikir kritis, fokus pada hafalan, pasif menerima informasi, tidak mengembangkan materi, dan belajar untuk ujian. Murid dengan surface learning tidak fokus pada bidangnya, kurang pengetahuan, beban belajar terlalu tinggi, dan hanya sekadar mengingat informasi. Guru dalam pembelajaran ini juga tidak memberikan materi yang mendalam, membiarkan murid pasif, menilai soal isian pendek, dan memberi beban tugas banyak untuk murid. Contoh surface learning adalah guru hanya memberi pelajaran ke murid di kelas. Kemudian, murid harus menghafal pelajaran tadi untuk dites dalam ujian sekolah.
Apa itu Kurikulum Deeplearning?

Kurikulum Deeplearning merupakan gagasan baru yang diajukan untuk menggantikan Kurikulum Merdeka dengan pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengungkapkan bahwa kurikulum ini dirancang untuk membantu siswa memahami materi secara lebih baik melalui metode yang menekankan pada pemikiran kritis dan eksplorasi.

 

Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa Kurikulum Deeplearning menggabungkan tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning. Setiap elemen dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan tetapi juga pengalaman bermakna bagi siswa. “Pendekatannya adalah mengurangi volume materi namun dengan eksplorasi mendalam.

1.   Mindfull Learning: Menghargai Keunikan dan Keterlibatan Siswa

Mindfull Learning bertujuan untuk memberikan ruang bagi siswa untuk aktif terlibat dalam proses belajar, dengan memperhatikan perbedaan kebutuhan dan potensi tiap individu. Dalam pendekatan ini, siswa diharapkan dapat terlibat langsung melalui diskusi, eksperimen, dan eksplorasi terhadap materi yang diajarkan.

Misalnya, saat membahas konsep-konsep sains, guru diharapkan tidak hanya memberikan teori, tetapi juga mengajak siswa memahami peran materi tersebut dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, pembelajaran tentang air dapat dilakukan melalui eksperimen laboratorium untuk mempelajari peran air dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan mampu mengaitkan pembelajaran di kelas dengan realitas sehari-hari mereka.

 

2.   Meaningfull Learning: Pentingnya Pembelajaran yang Relevan

Pada elemen Meaningfull Learning, siswa diajak untuk memahami alasan di balik setiap pelajaran yang mereka pelajari. Abdul Mu’ti menekankan bahwa siswa perlu tahu mengapa suatu materi penting dan bagaimana materi tersebut bisa bermanfaat di kehidupan nyata.

Pendekatan ini memposisikan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa mengaitkan pelajaran dengan penerapan di dunia nyata. Contohnya, dalam pelajaran matematika, guru bisa menjelaskan bagaimana konsep-konsep tertentu akan bermanfaat dalam mengelola keuangan pribadi atau bahkan dalam pengelolaan logistik. Dengan pemahaman ini, siswa diharapkan lebih termotivasi dan antusias dalam belajar.

 

3.   Joyfull Learning: Menciptakan Pembelajaran yang Bermakna dan Menyenangkan

Joyfull Learning bukan sekadar pembelajaran yang menyenangkan, melainkan sebuah pendekatan yang mengedepankan kepuasan dari pemahaman mendalam. Abdul Mu’ti menyatakan bahwa tujuan dari Joyfull Learning adalah menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, sehingga siswa tidak hanya merasa senang, tetapi juga benar-benar memahami materi yang dipelajari.

Contohnya, dalam pelajaran sejarah, guru bisa mengadakan simulasi atau diskusi yang membuat siswa lebih aktif terlibat. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar sejarah sebagai hafalan, tetapi juga bisa memahami konteks historis secara lebih mendalam. Joyfull Learning diharapkan dapat membuat siswa lebih bersemangat dalam mempelajari setiap mata pelajaran.

 

Persiapan dan Target Peluncuran Kurikulum Deeplearning

Kurikulum Deeplearning direncanakan untuk diterapkan pada tahun 2025. Namun, Abdul Mu’ti menekankan bahwa persiapan yang matang diperlukan, terutama dalam hal pelatihan guru dan penyediaan infrastruktur yang memadai. Proses transisi menuju kurikulum baru ini juga akan melibatkan pelatihan intensif bagi para guru agar mereka dapat mengadopsi metode pengajaran yang lebih berfokus pada siswa.

 

Selain itu, perubahan mindset guru menjadi elemen penting dalam keberhasilan Kurikulum Deeplearning. Guru dituntut untuk lebih fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan siswa. Abdul Mu’ti menekankan bahwa keberhasilan kurikulum ini sangat bergantung pada kesediaan para pendidik untuk beradaptasi dengan pendekatan yang lebih mengutamakan keterlibatan aktif siswa.

 

Arti Kurikulum Deep Learning dalam Pembelajaran & Contohnya[1]

Deep learning mencakup Mindful Learning, Meaningful Learning, & Joyfull Learning. Apa perbedaan deep learning dan machine learning? 

Wacana pergantian Kurikulum Merdeka dengan model Deep Learing semakin santer dibicarakan publik. Lantas, apa arti Deep Learning dan perbedaan dengan Machine Learning?

Gagasan perubahan model kurikulum di Indonesia diisyaratkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti. Ia memberi sinyal bakal mengkaji ulang Kurikulum Merdeka dan mengarahkan model deep learning. Abdul Mu'ti mengatakan bahwa deep learning bukan kurikulum, melainkan digunakan sebagai metode pendekatan dalam pembelajaran. Deep learning dirancang dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa melalui pendekatan yang lebih mendalam dan fokus pada keterlibatan aktif para peserta didik.

Apa itu metode belajar Deep Learning yang diwacanakan menjadi pengganti Kurikulum Merdeka? deep learning adalah metode yang diadaptasi dalam kecerdasan buatan (AI)[2]. Metode mengajarkan komputer untuk memproses data dengan cara seperti cara otak manusia bekerja. Model deep learning dapat mengenali pola kompleks dalam gambar, teks, suara, dan data lain untuk menghasilkan wawasan dan prediksi yang akurat.  Dengan menggunakan metode deep learning, maka kecerdasan buatan (AI) secara otomatis bisa melaksanakan berbagai hal yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti mendeskripsikan citra atau menyalin file suara ke dalam teks.

Gambar 1. Ilustrasi Machine Learning. FOTO/iStockphoto

deep learning sendiri merupakan percabangan bidang machine learning yang menggunakan saraf tiruan atau disebut dengan artificial neural networks[3]. Hal ini memiliki beberapa layers dalam memproses atau mempelajari suatu data.

 

Metode memungkinkan suatu komputer belajar secara otomatis melalui pengalaman yang diberikan agar sistem dapat mengidentifikasi pola kompleks dalam data. Bila diaplikasikan dalam metode pembelajaran, maka arti deep learning adalah sebuah kurikulum yang menggabungkan tiga elemen utama, yaitu Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyfull Learning. Masing-masing elemen dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan, tetapi juga pengalaman bermakna bagi para peserta didik.

 

Deep learning merupakan jenis kecerdasan buatan (AI)[4] yang menggunakan jaringan neural buatan untuk mempelajari data dan memecahkan masalah. Deep learning dapat mengenali gambar, teks, suara, dan pola data lainnya untuk menghasilkan prediksi dan wawasan yang akurat.

Deep learning memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:

Menggunakan jaringan neural buatan yang terinspirasi oleh otak manusia

Dapat mengolah data mentah dan menciptakan pola untuk mengambil keputusan

Mampu mengenali pola dan informasi tanpa pengawasan dari data yang tidak terstruktur atau tidak berlabel

Memiliki algoritma yang dapat mempelajari fitur tingkat tinggi dari data yang tersedia

Deep learning memiliki berbagai penerapan, di antaranya:

Pengenalan citra

Natural language processing (NLP)

Pengenalan ucapan

Memproses citra medis

Memperkirakan deret waktu

Mendeteksi anomali

Dalam konteks pembelajaran, deep learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan berpikir kritis, eksplorasi, dan partisipasi aktif.

Contoh Kurikulum Deep Learning dan Penerapannya

Secara umum, metode deep learning banyak diterapkan di beberapa sektor. Di antaranya seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan beberapa bidang lain, antara lain.

1.      penerapan deep learning pada sektor kesehatan adalah penggunaan sejumlah alat medis. Semisal CT scan, MRI, atau alat medis lain.

Dengan menggunakan metode deep learning, alat-alat kesehatan bisa memperoleh gambar-gambar yang dibutuhkan dalam diagnosa kesehatan. Setelah mencermati berbagai gambar tersebut, para tenaga kesehatan lalu mendeteksi penyakit pada organ dalam, seperti kanker, lesi, retinopati diabetik, dan lain lain.

2.   Dalam bidang ekonomi, metode deep learning diterapkan di berbagai perusahaan untuk menganalisis data yang kompleks dan membantu perusahaan mengambil keputusan. Contohnya perilaku pelanggan, menganalisa permintaan pelanggan, dan lain lain.

3.      Jika diaplikasikan dalam kurikulum pembelajaran, maka contoh Kurikulum Deep Learning dapat dipantau sesuai penggabungan tiga elemen yang mencakup Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyfull Learning.

  1. Pada elemen Mindful Learning, para guru akan memperhatikan keunikan para siswa, termasuk potensi dan kebutuhan masing-masing yang berbeda.

Misalnya ketika masuk dalam materi tentang panas. Maka para siswa nantinya diajak untuk bereksperimen, baik di laboratorium dengan melihat bagaimana panas atau kalor terbentuk dan fungsi panas dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Kemudian elemen Meaningful Learning. Para siswa diajak memahami alasan di balik setiap materi pelajaran yang dipelajari dan pentingnya pelajaran itu bagi kehidupan di dunia nyata kelak.
  2. Terakhir adalah elemen Joyfull Learning. Metode ini menjadi pendekatan pembelajaran yang tidak sekadar mengedepankan hal-hal yang menyenangkan dalam pembelajaran. Namun juga mengutamakan pemikiran yang mendalam dari para siswa terhadap setiap materi pembelajaran yang diajarkan.

Perbedaan Deep Learning dan Machine Learning

Sebagai percabangan bidang machine learning, apa saja perbedaan antara deep learning dan machine learning dalam ilmu pelatihan program atau sistem komputer?

Machine learning pertama kali dikenalkan Arthur Samuel pada tahun 1959. Cabang ilmu komputer ini secara khusus mempelajari bagaimana sebuah mesin mampu menyelesaikan masalah tanpa harus diprogram secara eksplisit.

Kemampuan machine learning berbeda dengan deep learning. Dengan deep learning, komputer memiliki kemampuan mempelajari sesuatu dan menyelesaikan tugas secara lebih dinamis

Gambar 2: Ilustrasi Machine Learning. FOTO/iStockphoto

Berikut ini adalah beberapa perbedaan machine learning dan deep learning:

Algoritma

Machine learning menggunakan algoritma untuk mengurai data, mempelajari data, dan membuat keputusan berdasarkan data yang telah dipelajari.

Sementara itu, deep learning menggunakan susunan algoritma yang berlapis-lapis untuk menciptakan “jaringan nalar buatan”. Hal ini membuat deep learning memiliki kemampuan mempelajari data dan membuat keputusan sendiri.

Data

Machine learning hanya mampu menganalisis data yang terstruktur. Namun, algoritma pada machine learning bisa menganalisis data dalam jumlah kecil.

 

Deep learning mampu menganalisis data yang tidak terstruktur seperti gambar, video, maupun audio.

Algoritma deep learning tidak memiliki kemampuan secara maksimal mengolah data dalam jumlah kecil. Hal ini terjadi karena algoritma deep learning sengaja dirancang untuk mengolah data dalam jumlah banyak.

Attribute Engineering (Rekayasa Fitur)

Machine learning membutuhkan rekayasa fitur. Di lain sisi, deep learning sama sekali tidak membutuh rekayasa fitur. Dengan kata lain, beberapa fitur kemungkinan bisa saling berkaitan saat proses analisis pada program machine learning.

Attribute engineering (rekayasa fitur) sendiri mengacu pada proses pemilihan dan transformasi variabel menggunakan machine learning atau deep learning saat menciptakan model analisis prediktif.

Hardware (Perangkat Keras)

Butuh perangkat keras kelas atas untuk menjalankan program pembelajaran deep learning. Selain itu, mesin yang digunakan juga harus memiliki kemampuan mumpuni untuk mengolah data dalam jumlah besar.

Sementara itu, program pembelajaran machine learning cukup membutuhkan mesin kelas menengah atau bahkan kelas bawah untuk mengolah data secara optimal.

Penerapan

Penerapan model machine learning adalah sistem rekomendasi pada e-commerce. Algoritma machine learning akan menganalisis data produk yang sebelumnya dicari untuk memberi rekomendasi serupa.

Contoh lain penerapan machine learning adalah asisten virtual seperti Google Assistant, Alexa, Cortana, dan Siri.

Sementara penerapan deep learning bisa ditemukan pada fitur face unlock di smartphone. Fitur ini berfungsi membuka kunci pada HP dengan mendeteksi wajah pengguna.

 

KURIKULUM MERDEKA DEEP LEARNING, PERSAMAAN DAN PERBEDAAN

Deep learning bukan pengganti Kurikulum Merdeka, melainkan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka. Deep learning merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa

Kurikulum Merdeka adalah sebuah kebijakan pendidikan secara menyeluruh, lebih fokus pada struktur dan organisasi pembelajaran, sedangkan Deep Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran, lebih fokus pada proses pembelajaran.

Kurikulum Merdeka dan Deep Learning, meskipun berbeda dalam konteksnya, memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Namun, keduanya memiliki pendekatan yang berbeda. Kurikulum Merdeka, fokus pada fleksibilitas dan otonomi sekolah dalam mengembangkan kurikulum. Memberikan kebebasan bagi guru untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Menekankan pada pengembangan karakter dan kompetensi abad 21. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan kolaboratif. Sedangkan Deep Learning, fokus pada pemahaman konsep yang mendalam dan bermakna. Menekankan pada proses berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Keduanya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Memberikan ruang untuk fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Berusaha menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif.

 

Kurikulum Merdeka adalah sebuah kebijakan pendidikan secara menyeluruh, lebih fokus pada struktur dan organisasi pembelajaran, sedangkan Deep Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran, lebih fokus pada proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka kerja yang luas bagi sekolah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan relevan. Maka, Deep Learning dapat menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka.

Berikut adalah beberapa contoh penerapan Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka. Contoh ini tentu sudah sering dilakukan oleh guru dikelas. Misal, Siswa diberikan proyek yang menantang untuk diselesaikan secara kelompok. Dalam menyelesaikan proyek ini, siswa akan melakukan penelitian, menganalisis data, dan membuat keputusan. Proses ini biasa dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Proyek istilah barat disebut Project Based Learning (PjBL). Contoh lain, Diskusi kelas, guru memfasilitasi diskusi kelas yang mendalam untuk menggali pemahaman siswa tentang suatu konsep. Kegiatan ini biasa digunakan guru pada kegiatan pembelajaran. Kemudian, Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL), siswa diberikan masalah nyata yang harus mereka pecahkan. Dalam memecahkan masalah ini, siswa akan belajar menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari. Nah, contoh yang ini, guru pasti sudah tidak asing lagi, yaitu penggunaan teknologi atau integrasi teknologi dalam pembelajaran. Teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam, misalnya melalui simulasi, video, atau aplikasi pembelajaran. Adanya teknologi itu memudahkan, mempercepat, menyederhanakan dan lebih menarik karena menyesuaikan zamannya.

Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka merasa bahwa pembelajaran yang mereka lakukan bermakna dan relevan dengan kehidupan mereka. Deep Learning mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. Keterampilan yang dikembangkan melalui Deep Learning, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kolaborasi, sangat dibutuhkan di dunia kerja masa depan.

Terdapat  8 (delapan) keterampilan pembelajaran mendalam (Deep Learning Skills), antara lain:

 

  1. Global Citizenship: pengetahuan global, kepekaan dan rasa hormat terhadap budaya lain, serta keterlibatan aktif dalam menangani isu-isu keberlanjutan manusia dan lingkungan. 
  2. Collaboration: bekerja dalam tim, belajar dari dan berkontribusi pada pembelajaran orang lain, keterampilan jaringan sosial dan empati dalam bekerja dengan orang lain yang beragam 
  3. Character: kejujuran, pengaturan diri dan tanggung jawab, kerja keras, ketekunan, empati untuk berkontribusi pada keselamatan dan manfaat orang lain, kepercayaan diri, kesehatan dan kesejahteraan pribadi, keterampilan karier dan kehidupan.
  4. Communication: berkomunikasi secara efektif secara lisan, tertulis dan dengan berbagai alat digital; keterampilan mendengarkan
  5. Creativity and Imagination: kewirausahaan ekonomi dan sosial, mempertimbangkan dan mengejar ide-ide baru dan kepemimpinan untuk bertindak
  6. Problem Solving: memberikan siswa pengalaman nyata dalam menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia di luar kelas
  7. Critical Thinking: berpikir kritis untuk merancang dan mengelola proyek, memecahkan masalah, membuat keputusan yang efektif menggunakan berbagai alat dan sumber daya digital
  8. Penggunaan TIK untuk pembelajaran: teknologi memungkinkan kita menemukan dan menguasai pengetahuan konten dan memungkinkan tujuan pembelajaran mendalam untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia

Lebih jauh akan kita bahas secara khusus 8 Deep Learning Skills, dalam sesi berikutnya. Dari pendapat diatas, bahwa setiap momen pasti terjadi perubahan, maka perubahan itulah yang menjadikan kita tetap optimis hingga saat ini. Optimisme untuk melakukan perubahan-perubahan tersebut tanpa harus apriori terhadap hal yang sedang atau akan dihadapi[5].

 

Kurikulum Merdeka dan Deep Learning saling melengkapi. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka kerja yang luas, sedangkan Deep Learning memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih spesifik. Dengan menggabungkan keduanya, diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang lebih bermakna, relevan, dan efektif bagi siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

Dikutip dari Wikipedia: Deep Learning/ Pembelajaran mendalam adalah bagian dari pembelajaran mesin yang berfokus pada pemanfaatan jaringan saraf untuk melakukan tugas-tugas seperti klasifikasi , regresi , dan pembelajaran representasi . Bidang ini mengambil inspirasi dari ilmu saraf biologis dan berpusat pada penumpukan neuron buatan ke dalam lapisan-lapisan dan “melatihnya” untuk memproses data. Kata sifat “dalam” mengacu pada penggunaan beberapa lapisan (berkisar dari tiga hingga beberapa ratus atau ribuan) dalam jaringan. Metode yang digunakan dapat berupa metode terbimbing , semi-terbimbing , atau tanpa pengawasan .

 

Beberapa arsitektur jaringan pembelajaran mendalam yang umum mencakup jaringan yang terhubung penuh , jaringan keyakinan mendalam , jaringan saraf berulang , jaringan saraf konvolusional , jaringan adversarial generatif , transformer , dan medan radian saraf . Arsitektur ini telah diterapkan pada bidang-bidang termasuk visi komputer , pengenalan suara , pemrosesan bahasa alami , penerjemahan mesin , bioinformatika , desain obat , analisis citra medis , ilmu iklim , inspeksi material, dan program permainan papan , yang telah menghasilkan hasil yang sebanding dengan dan dalam beberapa kasus melampaui kinerja ahli manusia.

 

Bentuk awal jaringan saraf terinspirasi oleh pemrosesan informasi dan simpul komunikasi terdistribusi dalam sistem biologis , khususnya otak manusia . Namun, jaringan saraf saat ini tidak dimaksudkan untuk memodelkan fungsi otak organisme, dan umumnya dianggap sebagai model berkualitas rendah untuk tujuan tersebut.

 

Sebagian besar model pembelajaran mendalam modern didasarkan pada jaringan saraf berlapis-lapis seperti jaringan saraf konvolusional dan transformator , meskipun mereka juga dapat menyertakan rumus proposisional atau variabel laten yang disusun berlapis-lapis dalam model generatif yang dalam seperti node dalam jaringan kepercayaan yang dalam dan mesin Boltzmann yang dalam.

 

Secara fundamental, pembelajaran mendalam mengacu pada kelas algoritma pembelajaran mesin yang menggunakan hierarki lapisan untuk mengubah data masukan menjadi representasi yang sedikit lebih abstrak dan komposit. Misalnya, dalam model pengenalan gambar , masukan mentah dapat berupa gambar (diwakili sebagai tensor piksel ). Lapisan representasional pertama dapat mencoba mengidentifikasi bentuk dasar seperti garis dan lingkaran, lapisan kedua dapat menyusun dan mengodekan susunan tepi, lapisan ketiga dapat mengodekan hidung dan mata, dan lapisan keempat dapat mengenali bahwa gambar tersebut berisi wajah.

 

Yang penting, proses pembelajaran mendalam dapat mempelajari fitur mana yang harus ditempatkan secara optimal pada level mana dengan sendirinya . Sebelum pembelajaran mendalam, teknik pembelajaran mesin sering kali melibatkan rekayasa fitur yang dibuat dengan tangan untuk mengubah data menjadi representasi yang lebih sesuai untuk dioperasikan oleh algoritma klasifikasi. Dalam pendekatan pembelajaran mendalam, fitur tidak dibuat dengan tangan dan model menemukan representasi fitur yang berguna dari data secara otomatis. Ini tidak menghilangkan kebutuhan untuk penyetelan manual; misalnya, berbagai jumlah lapisan dan ukuran lapisan dapat memberikan tingkat abstraksi yang berbeda.

 

Kata “deep” dalam “deep learning” merujuk pada jumlah lapisan yang dilalui data untuk ditransformasikan. Lebih tepatnya, sistem deep learning memiliki kedalaman jalur penugasan kredit (CAP) yang substansial. CAP adalah rantai transformasi dari input ke output. CAP menggambarkan hubungan kausal yang potensial antara input dan output. Untuk jaringan neural feedforward , kedalaman CAP adalah kedalaman jaringan dan merupakan jumlah lapisan tersembunyi ditambah satu (karena lapisan output juga diparameterisasi). Untuk jaringan neural berulang , di mana sinyal dapat menyebar melalui lapisan lebih dari satu kali, kedalaman CAP berpotensi tidak terbatas. Tidak ada ambang batas kedalaman yang disepakati secara universal yang memisahkan shallow learning dari deep learning, tetapi sebagian besar peneliti setuju bahwa deep learning melibatkan kedalaman CAP yang lebih tinggi dari dua. CAP dengan kedalaman dua telah terbukti menjadi aproksimator universal dalam artian bahwa CAP dapat meniru fungsi apa pun. Di luar itu, lebih banyak lapisan tidak menambah kemampuan aproksimator fungsi jaringan. Model dalam (CAP > dua) mampu mengekstrak fitur yang lebih baik daripada model dangkal dan karenanya, lapisan tambahan membantu dalam mempelajari fitur secara efektif.

 

Berpikir mendalam (deep thinking) dan pembelajaran mendalam (deep learning) adalah konsep yang saling melengkapi dan dapat diterapkan secara sinergis dalam pembelajaran untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan efektif. Deep thinking berakar pada cara kerja alami pikiran yang dinamis, kreatif, dan aktif, seperti yang terlihat pada proses pembelajaran konseptual pada bayi. Hal ini menunjukkan bahwa berpikir mendalam adalah elemen fundamental yang mendorong individu untuk memahami dunia secara lebih konseptual dan mendalam.

 

Di sisi lain, deep learning menggunakan teknologi jaringan saraf berlapis untuk memproses data secara hierarkis, memungkinkan transformasi data menjadi representasi yang lebih abstrak dan terstruktur. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran mendalam dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi pola belajar siswa, mempersonalisasi pembelajaran, serta memecahkan tantangan pembelajaran yang kompleks dengan pendekatan berbasis data.

 

Implementasi keduanya dalam pembelajaran membuka peluang besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inovatif. Guru dapat mendorong siswa untuk terlibat dalam proses berpikir mendalam melalui diskusi konseptual, pemecahan masalah, dan eksplorasi kreatif. Pada saat yang sama, pemanfaatan teknologi pembelajaran mendalam dapat membantu memperkaya pengalaman belajar melalui analisis data, otomatisasi tugas pembelajaran, dan pengembangan metode evaluasi berbasis capaian konseptual. Kombinasi ini memungkinkan pembelajaran menjadi lebih adaptif, relevan, dan bermakna.

 

Mengenal “IB Learner Profile” Mengajak Deep Thinker

 

Profil Pembelajar International Baccalaureate (IB) terdiri dari sepuluh atribut yang dirancang untuk membentuk siswa menjadi individu yang holistik dan siap menghadapi tantangan global. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing atribut tersebut:

 

1. Inquirers

 

Siswa mengembangkan rasa ingin tahu alami dan keterampilan untuk melakukan penyelidikan serta penelitian. Mereka belajar untuk mengeksplorasi ide-ide dan isu-isu dengan antusiasme.

 

2. Knowledgeable

 

Siswa berusaha untuk memahami berbagai disiplin ilmu, mengeksplorasi konsep, ide, dan isu-isu yang relevan baik secara lokal maupun global.

 

3. Thinkers

 

Siswa menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk menganalisis informasi dan mengambil keputusan yang etis serta masuk akal. Mereka terlibat dalam pemecahan masalah yang kompleks.

 

4. Communicators

 

Siswa memiliki kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan percaya diri dan kreatif dalam berbagai bahasa dan cara komunikasi. Mereka belajar untuk berkolaborasi secara efektif dengan orang lain.

 

5. Principled

 

Siswa bertindak dengan integritas dan menghargai keadilan serta kesetaraan. Mereka menunjukkan tanggung jawab terhadap tindakan mereka dan menghormati hak orang lain.

 

6. Open-minded

 

Siswa menghargai budaya, perspektif, dan tradisi yang berbeda dari milik mereka sendiri. Mereka terbuka terhadap ide-ide baru dan bersedia mempertimbangkan sudut pandang lain.

 

7. Caring

 

Siswa menunjukkan empati dan perhatian terhadap kebutuhan orang lain. Mereka berkomitmen untuk berkontribusi pada komunitas mereka dengan cara positif.

 

8. Risk-takers

 

Siswa berani menghadapi tantangan baru dan mengambil risiko yang diperhitungkan. Mereka menunjukkan keberanian dalam mengeksplorasi ide-ide baru dan mempertahankan keyakinan mereka meskipun ada ketidakpastian.

 

9. Balanced

 

Siswa memahami pentingnya keseimbangan antara aspek intelektual, fisik, dan emosional dalam kehidupan mereka. Mereka berusaha untuk mencapai kesejahteraan pribadi dalam semua aspek kehidupan.

 

10. Reflective

 

Siswa merenungkan pengalaman belajar mereka, mempertimbangkan bagaimana hal tersebut memengaruhi perkembangan pribadi mereka. Mereka belajar dari pengalaman masa lalu untuk meningkatkan pemahaman di masa depan.

 

Mengingat Kembali Penguatan Profil Pelajar Pancasila

 

Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah inisiatif pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan kompetensi siswa di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai konsep dan implementasi P5:

 

Konsep Penguatan Profil Pelajar Pancasila

 

1. Definisi: P5 merupakan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan siswa dalam mengamati, mengeksplorasi, dan merumuskan solusi terhadap isu-isu nyata di lingkungan sekitar. Tujuannya adalah untuk memperkuat kompetensi dan karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia

 

2. Dimensi Profil Pelajar Pancasila: Terdapat enam dimensi kunci dalam Profil Pelajar Pancasila:

 

• Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia

 

• Berkebinekaan global

 

• Bergotong royong

 

• Mandiri

 

• Bernalar kritis

 

• Kreatif

 

3. Tujuan: Proyek ini bertujuan untuk menciptakan pelajar yang tidak hanya kompeten secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat, mampu beradaptasi dengan berbagai situasi, serta berkontribusi positif kepada masyarakat

 

Kolaborasi IB Learner Profile dan Penguatan Profile Pelajar Pancasila Menguatkan Deep Thinking

 

Kolaborasi antara IB Learner Profile dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan keterampilan berpikir mendalam (deep thinking) pada siswa. Kedua kerangka ini menekankan pentingnya karakter dan kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global dan lokal. Dalam konteks IB, atribut seperti thinkers dan inquirers mendorong siswa untuk berpikir kritis, melakukan penyelidikan, dan mengeksplorasi ide-ide secara mendalam.

 

Sementara itu, Profil Pelajar Pancasila menekankan nilai-nilai seperti kemandirian, gotong royong, dan bernalar kritis yang sejalan dengan tujuan pembelajaran berbasis proyek yang diusung dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.Implementasi proyek yang mengintegrasikan kedua profil ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan kolaboratif. Misalnya, dalam proyek berbasis komunitas, siswa dapat menerapkan prinsip-prinsip caring dari IB Learner Profile dengan menunjukkan empati terhadap kebutuhan masyarakat sekitar, sambil juga mengembangkan sikap gotong royong dari Profil Pelajar Pancasila.

 

Melalui kolaborasi ini, siswa tidak hanya belajar untuk bekerja sama tetapi juga berlatih untuk menganalisis masalah secara kritis dan mencari solusi yang inovatif, sehingga memperkuat kemampuan berpikir mendalam mereka.Selain itu, pendekatan pembelajaran yang menggabungkan kedua profil ini memungkinkan siswa untuk terlibat dalam refleksi diri yang mendalam. Dengan merenungkan pengalaman belajar mereka, siswa dapat mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu diperbaiki. Ini sejalan dengan atribut reflective dalam IB Learner Profile dan dimensi reflektif dalam Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

 

Proses ini meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran tetapi juga membantu mereka menginternalisasi nilai-nilai karakter yang penting bagi pengembangan pribadi dan sosial mereka.Akhirnya, kolaborasi antara IB Learner Profile dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi siswa untuk menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan berkarakter. Dengan memadukan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dari IB dengan nilai-nilai Pancasila, siswa dapat mengembangkan sikap positif terhadap pembelajaran serta tanggung jawab sosial. Hal ini sangat penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki integritas moral dan sosial yang tinggi, siap menghadapi tantangan di era globalisasi.

 

Menyatukan Kompetensi Guru Dalam Deep Thinking dan Deep Learning Sebagai Kekuatan Utuh dalam Pembelajaran

 

Menyatukan kompetensi guru dalam deep thinking dan deep learning merupakan langkah strategis untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna dan efektif. Deep thinking mengacu pada kemampuan guru untuk menganalisis, mengevaluasi, dan merumuskan pemikiran kritis tentang materi ajar, sedangkan deep learning berfokus pada pemahaman yang mendalam dan aplikatif dari pengetahuan yang dipelajari siswa. Dengan mengintegrasikan kedua aspek ini, guru dapat membantu siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga memahami konsep secara menyeluruh dan mampu menerapkannya dalam konteks nyata. Melalui pengembangan kompetensi dalam deep thinking, guru dapat merancang pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan mendorong siswa untuk berpikir kritis. Ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis di mana siswa merasa terdorong untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mempertanyakan asumsi yang ada. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam proses berpikir mendalam, sehingga mereka dapat membuat koneksi antara berbagai konsep dan mengembangkan keterampilan analitis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di dunia nyata.

 

Di sisi lain, deep learning menuntut guru untuk merancang pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual. Ini berarti bahwa guru harus mampu mengaitkan materi ajar dengan situasi kehidupan sehari-hari siswa, sehingga pembelajaran terasa lebih aplikatif dan bermanfaat. Dengan memadukan deep thinking dan deep learning, guru dapat menciptakan proyek atau tugas yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif, menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi nyata, serta merefleksikan proses belajar. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman akademis tetapi juga membangun keterampilan sosial dan emosional siswa.

 

Menyatukan kompetensi guru dalam deep thinking dan deep learning akan menghasilkan kekuatan utuh dalam pembelajaran yang berdampak jangka panjang. Ketika guru mampu mengintegrasikan kedua pendekatan ini, mereka tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan tetapi juga dengan keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang esensial untuk kehidupan di abad ke-21. Dengan demikian, siswa akan menjadi individu yang siap menghadapi tantangan global dengan percaya diri, serta memiliki kemampuan untuk berkontribusi secara positif kepada masyarakat.

 

Kunci sukses implementasi Deep Thinking dan Deep Learning di Satuan Pendidikan Melalui Profil yang Akan Dicapai

 

Implementasi Deep Thinking dan Deep Learning di satuan pendidikan memerlukan strategi yang terencana dan berfokus pada pencapaian profil pelajar yang diinginkan.

 

Kunci sukses pertama adalah pengembangan kompetensi guru. Guru harus dilatih untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip deep thinking dan deep learning dalam proses pembelajaran. Ini meliputi kemampuan untuk merancang pertanyaan yang menantang, memfasilitasi diskusi yang mendalam, dan mengembangkan aktivitas yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Dengan kompetensi yang kuat, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung eksplorasi ide-ide dan pemecahan masalah secara kolaboratif.

 

Kunci sukses kedua adalah penyediaan kurikulum yang relevan dan kontekstual. Kurikulum harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mengaitkan materi ajar dengan kehidupan nyata siswa, sehingga mereka dapat melihat relevansi pengetahuan yang dipelajari. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dapat diterapkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam memecahkan isu-isu aktual. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga memahami aplikasi praktis dari konsep-konsep yang diajarkan, yang pada gilirannya memperkuat pemahaman mereka secara mendalam.

 

Selanjutnya, kunci sukses ketiga adalah penerapan metode pembelajaran aktif menjadi kunci sukses ketiga dalam implementasi deep thinking dan deep learning. Metode ini mencakup diskusi kelas, proyek kolaboratif, dan refleksi individu. Siswa didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar, berbagi perspektif, dan bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas komkomplek  Siswa belajar dari satu sama lain dan mengembangkan keterampilan sosial serta kemampuan komunikasi yang diperlukan di dunia nyata. Pembelajaran aktif juga membantu siswa untuk lebih memahami materi karena mereka terlibat langsung dalam proses eksplorasi.

 

Kunci sukses keempat adalah evaluasi yang komprehensif dan berkelanjutan. Penilaian tidak hanya dilakukan melalui ujian tradisional tetapi juga melalui proyek, presentasi, dan refleksi diri. Metode evaluasi ini memungkinkan guru untuk menilai pemahaman siswa secara holistik serta kemajuan mereka dalam berpikir kritis dan kreatif. Selain itu, umpan balik yang konstruktif dari guru akan membantu siswa memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan. Pendekatan ini, proses pembelajaran menjadi lebih dinamis dan berorientasi pada pengembangan karakter serta kompetensi siswa sesuai dengan profil pelajar yang diharapkan.

 

Peran BBPMP/BPMP Sebagai Tusi Pengembang Model

 

Permendikbudristek Nomor 11 Tahun 2022 Tentang Organisasi dan tata Kerja BBPMP/BPMP pada Pasal 4 ayat b disebutkan bahwa pengembangan model penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan Masyarakat. Peran Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) dan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) sangat penting dalam pengembangan model. Mengacu kepada wacana peneran Deep Learning kiranya cukup penting bahwa jalan menuju Deep Leraning adalah penguasaan dan implementasi Deep Thinking dan Deep Learning di satuan pendidikan. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan, BBPMP/BPMP memiliki tugas untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada penguasaan materi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

 

BBPMP/BPMP dapat membantu sekolah dalam merancang kurikulum yang mendorong para Pengawas Sekolah,Kepala Sekolah, Guru dengan memberikan penuatan dan coaching clinic untuk melakukan penyelidikan mendalam dan berpikir secara analitis.

 

Dalam implementasinya, BBPMP/BPMP berfungsi sebagai fasilitator dalam Coaching Clinic guru untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menerapkan metode pembelajaran yang mendukung deep thinking dan deep learning. Melalui program pengembangan profesional, guru dibekali dengan strategi pembelajaran aktif yang mendorong siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses belajar. Ini termasuk penggunaan teknik seperti diskusi kelompok, proyek berbasis masalah, dan refleksi diri yang membantu siswa membangun pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pelajaran.Selain itu, BBPMP/BPMP juga berperan dalam melakukan pemetaan mutu pendidikan yang mencakup analisis terhadap praktik pembelajaran di sekolah-sekolah.

 

Melalui pengumpulan data dan informasi mengenai efektivitas metode pembelajaran yang diterapkan, BBPMP/BPMP dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan memberikan rekomendasi berbasis bukti untuk pengembangan model pembelajaran yang lebih baik sebagai jalan peningkatan literasi dan numerasi. Hal ini akan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah. Kolaborasi antara BBPMP/BPMP dengan pemerintah daerah dan lembaga pendidikan lainnya menjadi kunci sukses dalam implementasi deep thinking dan deep learning.

 

Membangun kemitraan strategis, melalui Analisa RPJPD 2025-2045 di setiap Kabupaten/Kota, BBPMP/BPMP dapat memperluas jangkauan program-program peningkatan mutu pendidikan serta memastikan bahwa kebijakan-kebijakan nasional dapat diadaptasi secara efektif di tingkat daerah melalui dukungan program BBPMP/BPMP yang sesuai dengan Renstra Daerah masing-masing. Melalui sinergi ini, diharapkan BBPMP/BPMP bisa mencapai IKU dan IKK sekaligus mensupport Renstra Daerah yang muaranya kepada 6 Prioritas Program Kemendikbuddasmen.

 



[1] Sumber tirto.id Kontributor: Lucia Dianawuri Terbit 8 Nov 2024 13:24 WIB, Diperbarui 12 Nov 2024 10:11 WIB

[2] Laman AWS,

[3] laman Binus

[4] AI generatif bersifat eksperimental

[5] Joko Sutopo 08 Nov 2024 SMAN 1 MONTONG